Saturday 11 July 2009

JUMPER on HAYATI







HAYATI
choreography: Chendra Panatan
musik: METAdomus
penari: Maniratari, Solo & Kreativitat Dance Indonesia, Jakarta
TUK - 18, 19 Desember 2008

images on HAYATI

















HAYATI
choreography: Chendra Panatan
musik: METAdomus
penari: Maniratari, Solo & Kreativitat Dance Indonesia
TUK - 18, 19 Desember 2008

SIKO on HAYATI












HAYATI
choreography: Chendra Panatan
musik: METAdomus
dancers: Maniratari, Solo & Kreativitat Dance Indonesia, Jakarta
in picture: Siko Setyanto
TUK, 18 & 19 Desember 2008




Friday 10 July 2009

Schumann's Psychosis


Schumann's Psychosis for 3 pianos 12 hands
based on painting by Asep Berlian
Music composed by Ananda Sukarlan
Choreography: Chendra Panatan
Pianists from the winner of Ananda Sukarlan Award 2008
Dancers from Maniratari, Solo
Performed for Pianississimo - JNYC 2009

DRUPADI







The Humiliation of Drupadi

Music for 2 pianos composed by Ananda Sukarlan.
Choreography: Chendra Panatan.
Dancers from Maniratari Solo (Siko, Marich and Adis)
Performed for 'Pianossissimo' - Java's New Year Concert 2009
in Jogjakarta, 1 Januari 2009
in Jakarta, 4 Januari 2009

RIP Pina













‘Transformer’ handal telah pergi…….

Berita itu datang dari seorang teman di Eropa mengenai ‘perginya’ Pina Bausch ketika kita sedang menyaksikan film ‘Transformer’ di XXI (sabtu, 30 June 2009)

Sepanjang film, pikiranku berkelana tentang sosok Pina yang sangat kukagumi. Seorang koreographer hebat yang berhasil mengolah gerak menjadi ungkapan ekspresi serta emosi yang bermakna. Gerak keseharian terjalin menjadi suatu tarian yang sarat dengan ekspresi kemanusiaan: tentang cinta, seksualitas, kesunyian, ketakutan dan sisi gelap manusia lainnya. Menyaksikan karya Pina, merupakan cermin yang memantulkan pengalaman pribadi yang unik, jenaka, manis, ironis maupun sinis kedalam suatu frame panggung yang tertata secara theatrical naturalis dan memberi ‘impact’ yang dasyat.

Pina adalah transformer yang sangat jenius dan brilliant, sangat kontras dengan film ‘transformer’ yg ku’kunyah’ sekarang, terasa hambar, kering, keras dan berbau lempengan logam yang berlebih.

RIP Pina, karyamu adalah identitas serta monument abadi suatu ‘transformasi’ terbaik seni tari yang pernah aku rasa dan saksikan di planet ini.