Wuppertal, 01 Feb 07
Hitam panggung mengisi kekosongan dengan kehadiran penari….satu….satu…..satu….dan satu….
Kesunyian ditimpali dengan lagu yang jarang, tak sesering derainya salju mengisi panggung….
Kata2 menyapa penonton dalam gerak, tubuh merayu, kalimat menjadi panjang……tentang wanita, tentang sebuah bantal, tentang burung di rimba pencakar langit, tentang dasi, tentang busana dan budaya……yah….tata cara….tafsir bunyi, element musim dan inteprestasi ruang……sebuah cermin untuk melihat suatu perbedaan.
Langit dan bumi, diilhami dari pengalaman dan pengamatan langsung bekas penari cantik berambut panjang……hembus asap tiada henti, mata sayu menantap panggung, pertanyaan terus mengusik, adakah cara lain menampilkan mistery di panggung nan hitam?.
Hiburan dan impresi kehidupan menjadi indah menakutkan dan tawa menjadi lara karena tiada kata terurai lengkap dengan keindahan visual yang menghujam…..terus datang dia bertanya, diolah menjadi 3 jam perbincangan dengan jeda yang seksi kejadian semalam, rambut kusut dan kenikmatan raga yang gelap dan panjang.
hidangan teater tari yang tampak bagai ikan besar berenang dalam kolam hitam diimbuhi oleh salju yang tak kunjung berhenti…..menyatu….hitam diatas putih….
kemajuan zaman, mesin menjajah kita, dia berbicara…menghantam pelan….gerak tetap dipantau, lomba itu tak mau usai…..entah kapan jeda menjelang?....sepi, dan satu…satu, sendiri lagi.
Silahkan duduk bangku….mau terbangkah dikau ke rembulan?.....tawaran keramaian akan segera tiba……dasi menyapa gaun malam, meja itu menjadi saksi…garpu, sendok dan pisau dingin mengkilap…..seperti desis ular..
Samudra bergejolak, ramai ombak bertengkar….apa yang kau cari angin?.....sudah berjumpakah dengan salju disana?...apakah langit masih jauh menyentuh bumi?..dibatas cakrawala tawa membawa lembayung….tapi silau emas menusuk sukma…sakit….perih…dahaga....kibasan sirip itu membelah laut….akankah air dan api bertukar sapa?.
untuk AS dan DMJ yg aku kagumi...
selamat berjuang,...jalan masih panjang.....
Hitam panggung mengisi kekosongan dengan kehadiran penari….satu….satu…..satu….dan satu….
Kesunyian ditimpali dengan lagu yang jarang, tak sesering derainya salju mengisi panggung….
Kata2 menyapa penonton dalam gerak, tubuh merayu, kalimat menjadi panjang……tentang wanita, tentang sebuah bantal, tentang burung di rimba pencakar langit, tentang dasi, tentang busana dan budaya……yah….tata cara….tafsir bunyi, element musim dan inteprestasi ruang……sebuah cermin untuk melihat suatu perbedaan.
Langit dan bumi, diilhami dari pengalaman dan pengamatan langsung bekas penari cantik berambut panjang……hembus asap tiada henti, mata sayu menantap panggung, pertanyaan terus mengusik, adakah cara lain menampilkan mistery di panggung nan hitam?.
Hiburan dan impresi kehidupan menjadi indah menakutkan dan tawa menjadi lara karena tiada kata terurai lengkap dengan keindahan visual yang menghujam…..terus datang dia bertanya, diolah menjadi 3 jam perbincangan dengan jeda yang seksi kejadian semalam, rambut kusut dan kenikmatan raga yang gelap dan panjang.
hidangan teater tari yang tampak bagai ikan besar berenang dalam kolam hitam diimbuhi oleh salju yang tak kunjung berhenti…..menyatu….hitam diatas putih….
kemajuan zaman, mesin menjajah kita, dia berbicara…menghantam pelan….gerak tetap dipantau, lomba itu tak mau usai…..entah kapan jeda menjelang?....sepi, dan satu…satu, sendiri lagi.
Silahkan duduk bangku….mau terbangkah dikau ke rembulan?.....tawaran keramaian akan segera tiba……dasi menyapa gaun malam, meja itu menjadi saksi…garpu, sendok dan pisau dingin mengkilap…..seperti desis ular..
Samudra bergejolak, ramai ombak bertengkar….apa yang kau cari angin?.....sudah berjumpakah dengan salju disana?...apakah langit masih jauh menyentuh bumi?..dibatas cakrawala tawa membawa lembayung….tapi silau emas menusuk sukma…sakit….perih…dahaga....kibasan sirip itu membelah laut….akankah air dan api bertukar sapa?.
untuk AS dan DMJ yg aku kagumi...
selamat berjuang,...jalan masih panjang.....
1 comment:
catatan anda cukup informatif. Kayaknya kita pernah ketemu beberapa tahun lalu di Yayasan Kelola saat masih berkantor di Solo. Tengkyuh.
Post a Comment